Kolonel Laut Iwa Kartiwa (tengah) menghadiri sertijab Komandan KRI Nanggala 402 dari Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal kepada Letkol Laut (P) Ansori (kanan) di Dermaga Kapal Selam Komando Armada II, Surabaya, Rabu (20/2/2019). (Foto SINDOnews/Ali M)

TASIKMALAYA, iNews.id - Sebuah bendera merah putih setengah tiang berkibar di halaman rumah sederhana di Gang Haji Saun, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Bendera setengah tiang ini sudah terpasang beberapa hari lalu di halaman rumah Kolonel Laut Iwa Kartiwa itu. 

Di rumah sederhana itulah Kolonel Laut Iwa Kartiwa (50), mantan komandan kapal selam KRI Naggala 402 itu kini tinggal bersama istri dan anak-anaknya setelah melepas jabatan sebagai Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Komando Armada Barat (Koarmabar) II TNI AL pada November 2019 lalu.

Kolonel Laut Iwa lebih memilih tinggal di Kota Tasikmalaya yang merupakan tempat kelahirannya. Sebelumnya, Kolonel Iwa tinggal di Surabaya, kemudian pindah ke Jakarta lalu ke Tasikmalaya.

Di depan rumah Iwa terpasang sejumlah miniatur kapal selam dan ditempel pada dinding tembok. Sayang, saat datang ke rumahnya, terlihat sepi. Yang ada hanya seorang tukang cat yang sedang bekerja dan Heni Hunaeni (62) mertua dari sang kolonel.

Kediaman Kolonel Laut Iwa Kartiwa di di Gang Haji Saun, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, (Foto: iNews/Asep Juhariyono)

Kolonel Laut Iwa Kartiwa pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Jakarta untuk berobat dan terapi. Dia diantar oleh istri dan keluarganya. "Pak Iwa sakit di bagian paru-parunya. Iwa sering mengalami sesak napas. Saat solat hanya bisa duduk dan jarang bicara serta sering tiduran," kata Heni.

Menurut Heni Hunaeni, bendera setengah tiang itu disuruh dipasang oleh Kolonel Laut Iwa Kartiwa sebagai bentuk bela sungkawa dan penghormatan setelah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan kapal selam KRI Naggala 402 tenggelam di laut utara Bali.

Meski tak lagi bertugas, jiwa korsa Kolonel Laut Iwa Kartiwa terhadap awak kapal selam tempur KRI Nanggala 402 masih tebal dan tak akan pernah pudar. 

Prajurit TNI AL yang menjadi korban dalam karamnya kapal selam KRI Nanggala 402 adalah merupakan anak buahnya. Semua awak KRI Nanggala 402 yang gugur sering datang ke rumah Kolonel Laut Iwa Kartiwa di Tasikmalaya. 

Kolonel Laut Iwa Kartiwa telah menganggap para awak KRI Nanggala 402 seperti anak-anaknya sendiri. "Setiap ada masalah, para awak kapal selam KRI Nanggala 402 selalu bercerita kepada Iwa," kata Momoh. 

Awak kapal selam KRI Nanggala 402. (Foto: SINDOnews/Ali Masduki)

Kini Iwa Kartiwa mengalami sakit keras di bagian paru-paru diduga akibat menghirup zat besi atau mercurry selama puluhan tahun bertugas di kapal selam.

Kolonel Laut Iwa Kartiwa, merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara pasangan almarhum Eman Karman dan Momoh Fatimah (83) yang juga merupakan adik dari mantan Kapolda Jawa Barat Irjen (purnawirawan) Anton Charliyan.

Sementara itu, menurut Momoh Fatimah, ibu kandung Kolonel Laut Iwa Kartiwa, ditemui di kediaman mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan mengatakan, Iwa merupakan lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1990. Setelah lulus, Iwa ditugaskan di kapal selam sebagai perwira muda hingga akhirnya menjadi komandan kapal selam.

Saat ini, kata Momoh, setelah tugas selama 24 tahun di kapal selam, Kolonel Laut Iwa Kartiwa mengalami sakit. Badannya kurus dan harus menjalani terapi rutin. Di rumah, Iwa hanya bisa terbaring dan jarang bicara.

Info grafis penghapusan KRI Nanggala 402 dari daftar aset negara setelah karam di laut utara Bali. (Foto: iNews.id)

Momoh mengemukakan, Iwa baru satu tahun setengah tidak bertugas dan lepas jabatan sebagai komandan kapal selam tempur itu karena sakit. Kolonel Laut Iwa Kartiwa telah 24 tahun bertugas dan menjadi pakar kapal selam. Dia menguasai seluk beluk KRI Nanggala 402 dari A sampai Z.

"Iwa sangat menyayangi kapal selam seperti kepada adiknya sendiri. Kalo mau berlayar kapal selam selalu dielus-elus dan dilihat serta diperiksa kondisnya," kata Momoh.

Iwa pernah bercerita, ujar Momoh, bahwa sebelum KRI Nanggala 402 hilang kontak dan karam di laut utara Bali, kapal selam tempur itu tidak mau dimusiumkan di darat tapi ingin karam di laut. "Selain itu Iwa pernah bercerita bahwa di kedalaman 850 meter, jangankan manusia besi juga bisa hancur," ujar Momoh. 

Hingga saat ini Kolonel Laut Iwa Kartiwa belum pensiun, hanya menjalani cuti karena sakit. Iwa akan berada di Tasikmalaya untuk berobat hingga beberapa bulan ke depan. "Karena sakit makanya tidak bisa ikut tes untuk kenaikan pangkat," tutur Momoh.

Momoh Fatimah (83), ibu kandung Kolonel Laut Iwa Kartiwa. (Foto: iNews/Asep Juhariyono)

Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network