Tugu Kujang, ikon Kota Bogor. (FOTO: ISTIMEWA)

BANDUNG, iNews.id - Julukan Kota Bogor yang terletak sekitar 182,3 kilometer (km) dari Kota Bandung ini, memiliki sejarah panjang sejak Tarumanagara, Kerajaan Pajajaran, penjajahan Belanda, sampai saat ini. Bogor kota yang sejuk dan kental dengan budaya Sunda.

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000, penduduk Kota Bogor mayoritas suku Sunda sebanyak 568.425 jiwa atau 76,01 persen dari total penduduk saat itu 747.842 jiwa. 

Sedangkan berdasarkan sensus penduduk pada 2022, jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 1.099.422 jiwa, dengan kepadatan 9.278 jiwa per kilometer persegi. 

Penambahan jumlah penduduk itu mayoritas karena Bogor menjadi tujuan para perantau dari daerah lain di Indonesia.

Wajar jika pada 1990-an, mayoritas warga Kota Bogor menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari. Undak usuk (tatanan) bahasa Sunda digunakan oleh masyarakat kota yang saat ini dipimpin oleh Wali Kota Bima Arya Sugiarto tersebut. 

Dialek dan intonasi bahasa Sunda yang mereka gunakan pun halus. Mirip dengan bahasa Sunda di Priangan barat dan timur.

Namun kini, seiring perkembangan zaman dan banyaknya pendatang ke Kota Bogor, penggunaan bahasa Sunda dalam pergaulan sehari-hari mulai luntur berganti dengan bahasa Betawi dan Indonesia. 

Kondisi seperti ini hampir sama dengan Kota Bandung. Namun mayoritas anak-anak muda Kota Bandung tidak menggunakan bahasa Betawi dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari. 

Yang jelas, bahasa Sunda lemes (halus) di Kota Bandung dan Bogor sudah jarang digunakan, terutama oleh generasi muda Sunda.

Berdasarkan sejarah, dikutip dari kotabogor.go.id, mayoritas warga berkeyakinan, Kota Bogor memiliki hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibu kota Kerajaan Pajajaran. 

Hal itu didasarkan kepada prasasti Batutulis di Cipaku, Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. 

Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. 

Di prasasti batu berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi) itu terukir kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dengan aksara Kawi: 

"Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi."

Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:

"Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum. Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi."

Penobatan Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Pajajaran pada 3 Juni 1482 diresmikan sebagai Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor pada 1973 serta diperingati setiap tahun.

Selain diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Pajajaran, Kota Bogor juga disebut sebagai pusat kerajaan Sunda tertua, yaitu, Tarumanagara yang berkuasa di Tanah Sunda dari akhir abad ke-3 hingga akhir abad ke-5 Masehi.

Lantas bagaimana ceritanya daerah ini disebut Bogor. Konon kata Bogor berasal dari nama yang diberikan oleh penjajah Belanda yang dalam bahasa Negara Kincir Angin itu, Buitenzorg. Buitenzorg berarti tanpa kecemasan atau aman tenteram.

Karena lidah orang Sunda sulit melafalkan Buitenzorg, akhirnya mereka menyebut Bogor untuk memudahkan. Akhirnya, Bogor menjadi nama yang dipakai untuk kota yang terletak 60 km di sebelah selatan Jakarta itu sampai saat ini.

Pada masa pendudukan Inggris, Thomas Stamford Raffles menjabat Gubernur Jendral. Raffles disebut berjasa dalam mengembangkan Kota Bogor. Istana Bogor direnofasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya Bogor (Botanical Garden).

Sama seperti Kota Bandung, Bogor juga memiliki beberapa sebutan. Bahkan sebutan bagi Kota Bogor lebih banyak. Dihimpun dari berbagai sumber berikut julukan Kota Bogor:

1. Kota Hujan

Kota Bogor mendapat julukan kota hujan karena curah hujan di daerah sangat tinggi. (Foto: Ilustrasi/Ist)

Sebutan kota hujan, telah menjadi pengetahuan umum yang diajarkan di sekolah-sekolah. Kota hujan disematkan bagi Kota Bogor karena curah hujan di daerah ini sangat tinggi.

Kota yang berada di ketinggian 190 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu memiliki curah hujan rata-rata 3.500-4.000 milimeter (mm) per tahun. Curah hujan terbesar terjadi pada Januari.

2. Kota Tales

Bolu talas bogor. (FOTO: ISTIMEWA)

Tales atau Talas merupakan ciri khas Kota Bogor. Di sepanjang jalan, dapat ditemukan orang menjual talas yang dikukus. Talas Bogor sangat enak jika dimakan saat hangat sebagai teman minum teh atau kopi. Harganya pun murah. Talas Bogor pun sampai ke Kota Bandung.

Pedagang talas Bogor menjualnya dengan mobil bak terbuka atau pikap yang telah dimodivikasi lengkap dengan kompor dan peralatan mengukus talas. Namun saat ini, talas bogor tidak lagi disajikan dalam bentuk talas yang dikukus, tetapi dalam bentuk inovasi bolu dan keripik.

3. Kota Petir

Bogor mendapat julukan kota petir karena sambaran petir mencapai 322 kali dalam sehari. (FOTO: ILUSTRASI)

Julukan Kota Bogor sebagai kota petir disematkan karena daerah ini kerap dilanda petir terutama saat hujan turun. Sambaran petir di Kota Bogor rata-rata 322 kali dalam sehari. 

Padahal normalnya, sambaran petir di satu daerah hanya 80 kali per hari. Rekor ratusan kali sambaran petir di Kota tersebut bahkan tercatat di dalam Guinness Book of World Record.

4. Kota Jajanan

Dodongkal atau awug. (FOTO: ISTIMEWA)

Julukan Kota Bogor, kota jajanan. Julukan itu disematkan, banyak orang berkunjung ke Bogor karena banyak jajanan tradisional dan kekinian yang bikin nagih. Sebut saja yang paling terkenal adalah asinan bogor, bir kocok, cungkring, dodongkal, laksa, soto mi, doclang, dan lain-lain.

Khusus dodongkal, jajanan dari tepung beras yang dikukus atau disepan (bahasa Sunda) sama dengan di Bandung. Namun di Kota Bandung, disebut awug.

Cara penyajiannya, dodongkal atau awug dicampur dengan gula merah dan pandan dikukus sampai matang. Setelah matang, dodongkal dijual sesuai permintaan pembeli. 

Penjual akan mengiris dodongkal ditempatkan dibungkus daun pisang dan ditambahkan parutan kelapa muda.

5. Kota Seribu Angkot

Angkot Bogor. (FOTO: ISTIMEWA)

Julukan Kota Bogor, kota seribu angkutan kotan (angkot). Sebutan ini disematkan kepadan Kota Bogor karena menurut laman Hima PWK ITS, daerah memiliki banyak angkot. Saking banyaknya, tidak jarang angkot membuat jalanan macet.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network