Peternak sapi di Pangandaran belum mampu melakukan penggemukan. Mereka selalu menjual sapinya saat anakan. (Foto: iNews.id/Syamsul Ma"arif)

BANDUNG, iNews.id - Harga sapi di Indonesia diperkirakan akan terus bergejolak ketika Idul Fitri dan Idul Adha. Banyak penyebab terjadinya gejolak harga, salah satunya sistem peternakan di Indonesia yang belum stabil.

Menurut pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi politik Indonesia (AEPI) Khudori, pemerintah Indonesia mestinya sudah mulai memikirkan sistem perdagangan dan peternakan sapi di Indonesia. Sehingga, suplai dan demand sapi tak hanya mengikuti hukum pasar.

"Sebenarnya, swasembada sapi telah direncanakan sejak jauh hari, namun sampai sejauh ini, tidak ada perkembangan baik. Bahkan, kita lihat kuota impor terus naik," kata dia pada webinar Rantai Pasokan Sapi Menjelang Idul Adha, .

Akibat belum baiknya sistem peternakan, akibatnya Indonesia mengandalkan impor. Kuota impor hampir sama atau stabil setiap tahunnya. Misalnya tahun 2018 sebesar 60,5 persen sapi dipenuhi dari dalam negeri, 39 persen impor. Pada 2019 juga tidak jauh beda, sekitar 62 persen dalam negeri, sisanya impor.

"Memang yang jadi soal, kebutuhan daging dalam negeri hanya dipenuhi dari peternak kecil rumah tangga. Sementara mereka menjual ketika butuh saja. Ini yang menyebabkan terjadinya gejolak harga, karena mereka tidak bisa memenuhi naiknya permintaan pasar," ujar dia.


Harga sapi akan semakin parah, ketika  tidak bisa memenuhi dengan cara impor. Misalnya Indonesia hanya andalkan Australia, tapi populasi sapi di sana turun akibat banjir dan kebakaran. Tahun 2019 bisa 600 sampai 700 ekor. Tahun lalu hanya 400 sapi bakalan. Kecenderungan penurunan akan berlanjut 2021 ini.

"Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi daging sapi di Indonesia 6,4 persen. Sementara pertumbuhan produksi hanya 1,3 persen, jadi konsumsi dan produksi akan semakin melebar. Ini akan terus terjadi," ujar dia. 

Sementara menurut Ketua Umum Komunitas Sapi Indonesia Budiono, salah satu yang menimbulkan gejolak adalah permintaan sapi saat Idul Adha. Menurut dia, permintaan sapi hidup pada Idul Adha akan sulit dibendung. Karena memang masyarakat membutuhkan sapi untuk hewan kurban. Berbeda dengan Idul Fitri, pemerintah bisa melakukan impor dalam bentuk daging beku, atau daging kerbau. 


Akibat tidak seimbangnya suplai dan demand, salah satu yang dikhawatirkan adalah dijualnya sapi betina produktif. Sayangnya akan banyak betina produktif banyak dijual. Misalnya di Jawa Timur, populasi sapi betina produktif tinggal 50 persen. Hal itu tak lepas dari adanya pedagang yang mengambil untung sesaat.

"Payahnya lagi, semua sapi yang masuk ke Jakarta, semua dipotong. Tapi memang, di sisi lain tak ada industri yang bisa penuhi sapi. Bahkan daerah lain luar Jawa juga ambil sapi dari Jawa. Mestinya pemerintah ada solusi," ucap dia.


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network