BANDUNG, iNews.id - Industri rantai dingin (cold chain) di Indonesia masih sangat minim. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi distribusi vaksin Covid-19 di Indonesia.
Peneliti Logistik dari Universitas Widyatama Setijadi mengatakan, industri rantai dingin di Indonesia bisa dilihat antara lain dari data perbandingan antara ketersediaan cold storage dan jumlah penduduk.
Di Indonesia, kapasitas cold storage sebesar 0,05 m3 per penduduk. Baru setengahnya dibanding India sebesar 0,10 meter kubik (m3) dan Amerika Serikat sebesar 0,36 m3 per penduduk.
Setijadi mengatakan, kebutuhan penguasaan rantai dingin juga terjadi dalam pendistribusian vaksin Covid-19 di Indonesia.
"Penanganan dan pendistribusian 600 juta dosis vaksin itu menjadi peluang dan tantangan bagi penyedia jasa logistik dan distribusi farmasi," kata Setijadi, Kamis (4/1/2021).
Diketahui, Indonesia saat ini menghadapi tantangan distribusi vaksin Covid-19 ke seluruh Indonesia. Targetnya, 182 juta penduduk atau sekitar 70 persen bakal vaksinasi.
Jika setiap penduduk divaksin dua kali, setidaknya diperlukan distribusi vaksin sekitar 360 juta dosis.
Sejauh ini, Supply Chain Indonesia (SCI) food losses & waste untuk buah dan sayuran di Indonesia pada tahapan pasca panen mengalami kerusakan sekitar 10 persen dan distribusi sekitar 7,5 persen.
Kerusakan sebesar itu mengurangi margin para pelaku usaha. Hal itu juga merugikan konsumen karena penurunan mutu dan kenaikan harga komoditas.
Penerapan rantai dingin sangat penting karena food losses dan waste terjadi pada semua tahapan, baik produksi, pasca panen, pengolahan, distribusi, dan konsumsi.
Secara keseluruhan food losses dan waste mencapai 50 persen yang sebagian besar terjadi pada tahap produksi dan pengolahan.
Editor : Agus Warsudi
distribusi distribusi logistik pendistribusian Distribusi vaksin Covid cold chain rantai dingin vaksin covid-19 vaksin corona Vaksin sinovac vaksinasi covid-19
Artikel Terkait