MAJALENGKA, iNews.id- Prapatan Mambo menjadi buah bibir sebagian kalangan di masyarakat, khususnya di Majalengka Kota. Keberadaan spanduk bernada protes yang dipasang orang tidak dikenal, sukses mencuri perhatian publik, setelah terpublikasi di sejumlah media massa.
Pemasangan spanduk sendiri, dilihat dari isinya disinyalir dipicu adanya proyek penataan pedestrian Jalan A Yani, yang kebetulan melintas di sebagian kawasan Mambo. Dalam spanduk itu, si pembuat khawatir PKL akan terusir dan tak memiliki tempat baru.
Namun, usia spanduk itu tidak berlangsung lama. Pada hari yang sama, spanduk yang kemungkinan dipasang pada malam hari itu, dilepas Satpol PP Majalengka, Jumat (18/12/2020) siang.
Di sisi lain, Mambo memang dikenal sebagai pusat jual-beli masyarakat sejak dulu, sekitar 1960-an. Namun, saat itu masyarakat belum mengenalnya sebagai Mambo.
Penyebutan Mambo sendiri, baru dikenal era 1970-an. "Dari dulu, di situ emang sudah ada aktivitas perdagangan, kalau sekarang dikenal PKL. Ada juga toko-toko, ya seperti sekarang ini. Adapun penyebutan Mambo baru sekitar 1977," kata penggiat sejarah dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) Naro, Sabtu (19/12/2020).
Tidak ada sumber pasti terkait penamaan Mambo. Namun, jelas dia, nama Mambo mungkin diambil dari jenis dagangan yang ada saat itu. Mambo, kata Naro, digunakan untuk menunjukkan jenis yang beraneka ragam.
"Dikenal juga ada es Mambo, karena warnanya banyak pilihan, beragam. Nah, di sana dulu sudah banyak pedagang, ada kopi, kacang rebus, dan tutut. Kalau toko, ada yang jual sembako. Dari beragamnya jenis itu, akhirnya masyarakat nyebut nama itu Mambo. Mungkin ya," jelas Naro.
Terkait luasan daerah yang disebut Mambo, tambah Naro, hanya sekitar 50 meter, atau dari lampu merah perempatan Jalan KH Abdul Halim sampai Perempatan Jalan A Yani. Era sekarang, daerah itu masuk ke kelurahan Majalengka Wetan.
"Jadi Mambo itu bukan nama blok atau kompleks. Tapi emang dari dulu sudah ramai aktivitas perdagangan," jelas dia.
Sebagai pusat masyarakat setempat berbelanja, tidak jauh dari Mambo juga terdapat bioskop. Namun, kini bioskop itu berubah fungsi jadi toko.
"Awalnya namanya Bioskop Hollywood, kemudian ganti jadi Istana Bintang. Bukan di daeah Mambo, tapi masih dekat," jelas dia.
Sementara, terkait penataan pedestrian jalan, PKL setempat berharap nantinya ada kejelasan agar mereka tetap bisa mengais rejeki. Mereka mengaku, hingga saat ini belum mengetahui apa yang terjadi setelah proses penataan pedestrian itu selesai.
"Karena hanya lewat ini cara kami cari rezeki," ucap salah satu PKL di daerah Mambo, Nana.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait