PURWAKARTA, iNews.id - Dedi Mulyadi menyampaikan filosofi mendalam di balik keputusannya naik angkutan kota (angkot) ke Pengadilan Agama (PA) Purwakarta dan menjabat tangan istri Anne Ratna Mustika yang menggugat cerai. Berikut penjelasan Kang Dedi.
“Saya dari dulu menikmati keadaan apa pun. Keadaan susah dinikmati, apalagi bahagia. Karena hidup itu hanya dua, heuheuy dan deudeuh atau tertawa dan menangis. Intinya, satu yaitu air mata. Puncak kebahagiaan itu menangis. Puncak kesedihan itu juga menangis," kata Kang Dedi, sapaan akrabnya, di sela aktivitas olahraga, Sabtu (29/10/2022) pagi.
Sejak dulu, tutur pria yang menjabat Wakil Ketua Komisi IV DPR ini, tidak pernah memiliki rasa benci kepada seseorang. Kang Dedi menganggap orang yang memusuhi adalah guru kehidupan yang sesungguhnya.
“Saya selalu menganggap orang yang memusuhi, sesungguhnya guru kita. Karena kita tidak mungkin mawas kalau tidak ada orang yang tidak menyukai kita. Kalau dalam bahasa demokrasi itu oposisi," ujarnya.
"Bayangin kalau dalam hidup kita ini dipuji semua orang, kapan kita introspeksi diri, kapan kita mawas diri, kapan kita hati-hati dalam hidup, karena ada yang tidak suka pada kita maka hidup ini lebih hati-hati,” tutur Kang Dedi.
Bagi Kang Dedi, orang harus sabar melewati ujian hidup dengan baik dan menerimanya secara lapang dada. “Jadi, orang yang menghina, mencaci maki, membenci, menghujat, merendahkan itu, adalah guru loh karena sedang mengajar kita,” ucapnya.
Kang Dedi mengasumsikan sebuah samurai yang terus diasah akan semakin tajam. Asahan samurai berada di dalam sarungnya sehingga setiap ditarik keluar secara otomatis akan terasah dan semakin tajam.
Bisa jadi, kata Kang Dedi, hidup seseorang sama dengan samurai, yakni diasah oleh orang terdekat, sehingga selalu menikmati setiap asahan hidup.
“Hampir 20 tahun saya menikmati asahan itu, makin tajam, makin tajam. Dari ketajaman itu lahirlah intuisi, lahirlah kepekaan, lahirlah banyak orang yang tertolong,” ujar Kang Dedi.
Setiap peristiwa, tutur Kang Dedi, selalu ada hikmah di baliknya. Maka, jangan sampai membenci kepada yang membenci. Justru sebaliknya harus menyayangi yang membenci karena itu adalah sebuah batu asahan agar diri lebih tajam.
“Jadi apa yang dialami, apa yang terjadi itu bagian dari hidup untuk terus diasah. Ya gak apa-apa, nikmati, tetap senyum, tetap rileks, santai, fokus berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Karena, pemimpin itu tidak mengurusi urusan pribadi,” tuturnya.
Kang Dedi menjelaskan alasannya datang ke PA Purwakarta. Sebenarnya, dia tidak mau datang ke tempat tersebut karena bertentangan dengan hati. Namun karena kewajiban undang-undang, maka Kang Dedi hadir.
Dia mengatakan, alasan datang menggunakan angkot, padahal punya mobil Alphard putih. Minimal, kata Dedi, perjalanan menuju tempat tersebut dia bisa mendapatkan hikmah kehidupan dan membawa manfaat bagi orang lain.
“Pertama anak-anak sekolah minimal hari itu saya bayarin (ongkos), dan ada satu yang saya bekelin. Kemudian sopir angot mendapat keberkahan, minimal dia dua minggu tidak perlu nyupir pendapatan masih aman,” ucap Kang Dedi.
“Minimal ada satu keluarga yang terkompensasi mendapat kebahagiaan. Begitu juga pulangnya ada penumpang yang dibayarin dan ada sopir yang beberapa hari ke depan satu keluarga terbahagiakan. Ya mudah-mudahan ada dua keluarga sopir angkot yang mendapat kebahagiaan di hari itu,” ujarnya.
Kang Dedi menyadari meski bukan kepala daerah, namun kehadirannya sebagai anggota DPR bisa mewakili perasaan mereka. “Walaupun saya tidak bisa memberi lebih banyak minimal dalam beberapa hari mereka (sopir angkot) bisa bahagia. Itu lah kehidupan,” tutur Kang Dedi.
Menurut Kang Dedi, hidup bukanlah untuk diri sendiri melainkan juga orang lain. “Menghormati itu lebih baik daripada ingin dihormati. Kita berdiri itu jauh lebih baik daripada sekadar duduk. Kita mengulurkan tangan jauh lebih baik dibanding dengan selalu diberi uluran tangan. Jadi kita tidak akan rugi melakukan sesuatu yang terhormat,” ucapnya.
Editor : Agus Warsudi
bupati purwakarta Kabupaten Purwakarta purwakarta anne ratna mustika digugat cerai gugat cerai kantor pengadilan agama pengadilan agama dedi mulyadi
Artikel Terkait