BANDUNG, iNews.id - Pembelajaran berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi (KBTT) di Indonesia dinilai 20 tahun tertinggal dari negara tetangga Malaysia. Penerapan KBTT pada Kurikulum 2013 belum maksimal akibat keterbatasan sumber daya manusia (SDM) pengajar atau guru.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Profesor Dadang Dahlan mengatakan, di Malaysia, KBTT telah dilakukan sejak era 90-an. Sementara, Indonesia baru saja menerapkan KBTT dalam Kurikulum 2013.
"Indonesia relatif tertinggal selama 20 tahun jika dibandingkan Malaysia dalam hal pembinaan keterampilan berpikir tingkat tinggi," kata Prof Dadang Dahlan, Rabu (24/11/2021).
Sebenarnya, ujar Prof Dadang, penerapan KBTT di Indonesia dikenal secara meluas sejak diberlakukannya Kurikulum 2013. Sejumlah panduan dan pedoman telah dibuat untuk dijadikan acuan dalam pembelajaran dan penilaian berbasis KBTT.
"Setelah diberlakukan Kurikulum 2013, kenyataan di lapangan menunjukan pembelajaran ekonomi di sekolah masih mengalami kendala dalam pengembangan KBTT, baik dalam aktivitas pembelajaran maupun penilaian hasil belajar," ujar Prof Dadang, satu dari 7 guru besar yang dikukuhkan UPI pada 2021.
Prof Dadang menuturkan, pada 2016, Tim Peneliti Program Studi Pendidikan Ekonomi FPEB pernah melakukan penelitian yang melibatkan responden guru-guru ekonomi di Kota Bandung.
Hasilnya, tutur Prof Dadang, menunjukan hanya 46 persen guru yang pernah mencoba menerapkan pendekatan dan model pembelajaran berbasis KBTT sesuai harapan Kurikulum 2013.
Demikian pula, dalam aspek evaluasi pembelajaran. Penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu 2017-2018, melaporkan bahwa sebanyak 80 persen guru ekonomi mengalami kesulitan dalam mengembangkan instrumen untuk mengukur KBTT. "Berdasarkan persepsi siswa, hanya 8 persen soal yang dibuat guru dapat mengukur KBTT," tutur Prof Dadang.
Dilaporkan pula, hanya 12 persen soal yang dibuat guru yang berada pada jenjang kognitif tinggi. Sedangkan 88 persen lainnya berada pada jenjang kognitif rendah dan menengah. Temuan ini merefleksikan adanya defisit kompetensi guru dalam mengembangkan instrumen penilaian berbasis KBTT.
"Karena itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan dengan membuat perencanaan dan penerapan KBTT. Kemudian meningkatkan SDM tenaga pengajar," ucap Prof Dadang.
Editor : Agus Warsudi
perguruan tinggi perguruan tinggi negeri UPI Bandung kota bandung indonesia dan malaysia indonesia-malaysia
Artikel Terkait