Dosen Teknik Elektro Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad) Arjon Turnip. (Foto: Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Dosen Teknik Elektro, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad) Arjon Turnip berhasil membuat alat holter monitor yang akan bermanfaat untuk pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) pasien jantung. Alat ini bernama Portable Smart Cardio Holter Recorder yang memiliki banyak keunggulan yang canggih. 

“Nah dengan alat ini kita hanya akan merekam jika ada dugaan gangguan, kalau tidak ada gangguan atau normal-normal saja dia tidak akan direkam. Dengan demikian alat ini akan memudahkan kira-kira hari apa, jam berapa atau menit ke berapa gangguan itu terjadi,” ujar Arjon dalam program YouTube Hard Talk Unpad.

Apabila alat tersebut merekam adanya gangguan maka informasinya akan terbaca langsung oleh operator. Di sini operator bisa dari keluarga pasien, perawat atau dokter umum sehingga diagnosa dini dapat diperoleh dalam waktu singkat. Sebagai informasi, hasil dari alat ini berupa angka, nantinya ada batasan angka untuk orang yang sehat atau gangguan jantung sehingga siapa pun bisa membaca hasilnya tanpa harus menunggu dokter jantung.

Selain itu, kata Arjon, alat ini memiliki perbedaan dengan alat EKG yang ada di rumah sakit. Perbedaan utama adalah ukurannya yang kecil dan tidak memerlukan kabel sehingga mudah dibawa kemana-mana (wireless).

“Perbedaan signifikannya yang pertama yang di rumah sakit kan pakai kabel, kalau ini wireless. Yang di rumah sakit itu datanya direkam di kertas, kalau ini dia direkam di Cloud Cloud jadi bisa direproduksi, bisa dibaca ulang, bisa diprint ulang, dan seterusnya dan juga ini ini wireless tadi satu-satunya. Yang kedua adalah ini alatnya kecil ini paling kalau dilihat itu sebesar ya mungkin 6 kali 10 cm ukuran lebar kotaknya dan tingginya itu paling sekitar 4x5 cm jadi kecil bisa dikantongin dan bisa dibawa ke mana-mana,” kata Arjon.

Arjon bercerita latar belakang menciptakan alat ini karena banyaknya orang yang tiba-tiba meninggal kemudian divonis serangan jantung, sedangkan dokter spesialis jantung biasanya hanya terdapat di perkotaan.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa akhir-akhir ini ada banyak yang meninggal tiba-tiba dan semua divonis atau dikategorikan penyakit jantung, untuk itu kita mencoba bikin alat mendeteksi supaya alat itu bisa dipakai 24 jam. Yang kedua adalah dokter jantung biasanya jarang ada, hanya ada di kota. Nah bagaimana supaya masyarakat yang kebanyakan ada di pedesaan itu bisa menikmati kesempatan untuk memeriksakan kesehatan sehingga yang meninggal tiba-tiba di desa itu tidak disebut lagi kena santet,” kata Arjon.

Tak hanya itu, Arjon juga menyadari mayoritas alat kesehatan Indonesia masih mengandalkan impor sehingga harganya jauh lebih mahal, penggunaannya tidak maksimal, dan perawatannya cenderung sulit. Maka dari itu, pada dia berinovasi menciptakan Portable Smart Cardio Holter Recorder sebagai produk canggih buatan dalam negeri agar dapat dimiliki secara personal.

“Keunikan dan keunggulannya lainnya kalau untuk produksi sekitar kurang dari 4 juta harganya, sudah termasuk sampai jadi, diharapkan sih bisa dimiliki personal juga karena sekarang banyak orang ternama yang kita lihat itu olahraga, habis olahraga tiba-tiba meninggal. Tentu penyakit itu tidak mungkin tiba-tiba ada, itu pasti sudah ada, tapi tidak disadari. Nah ini perlunya deteksi dini itu,” katanya.

Portable Smart Cardio Holter Recorder dibuat dalam dua versi. Versi pertama, alat holter tersambung ke internet sehingga data pemeriksaan bisa dikirim ke Cloud operator. Jika alat tersebut mendeteksi sesuatu yang mendesak maka secara otomatis bisa mengirim pesan ke operator dan berkomunikasi. Versi kedua alat holter tanpa koneksi internet, mengingat masih banyak wilayah Indonesia yang susah jaringan internet. 

Alat holter versi ini dipasang SD Card untuk menyimpan sementara data pemeriksaan, lalu jika alat tersebut telah terhubung internet maka data pemeriksaan otomatis terkirim ke Cloud operator dan dapat dibaca hasilnya. Meskipun membutuhkan internet, tetapi alat ini tidak membutuhkan aplikasi tambahan. Masing-masing versi dari alat holter ini memiliki tiga bagian utama.

“Yang pertama untuk sensornya itu adalah modul sensor alat yang dipasang di badan untuk merekam data. Yang kedua dimasukkan ke modul prosesor sebagai filter untuk mendeteksi ada gangguan atau tidak. Yang ketiga modul untuk transmisi ke Cloud dengan teknik yang dikembangkan,” kata Arjon.

Arjon menjelaskan, alat ini sudah pernah diuji ke pasien jantung dan tinggal menunggu izin Balai Pengamanan Alat dan Fasilitas Kesehatan (BPAFK). Apabila telah memenuhi izin maka nantinya alat holter ini akan diuji di beberapa puskesmas untuk monitoring pengambilan data sekaligus validasi dokter jantung yang terlibat. Tahap terakhir dari alat holter ini adalah produksi massal dan pemasaran.

Alat ini ternyata sudah diciptakan sejak tahun 2015, tetapi sempat berhenti. Kemudian kembali dikembangkan pada tahun 2018 hingga saat ini. Tahun ini, Arjon dan tim mengembangkan alat holter dengan menambah jumlah sensor dan bernegosiasi dengan industri terkait. 

Dia berharap alat ini bisa segera diproduksi massal agar manfaatnya pun bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di perdesaan. 

Di akhir acara Hard Talk, Arjon berpesan agar selalu mendukung produk inovasi yang telah dihasilkan serta selalu fokus dengan apa yang sudah dimulai.

“Untuk sivitas akademika pesannya mari kita bangun alat itu dan sebaiknya kita jangan pindah-pindah gitu loh fokus begitu. Ketika kita mulai di situ, fokus terus ke situ supaya sampai akhirnya  bisa menghasilkan produk karena banyak juga saya lihat peneliti beda kegiatan atau beda presiden beda lagi penelitiannya, nah kalau saya biasanya sih fokus mau siapapun pemimpinnya fokus di situ,” ucap Arjon.


Editor : Asep Supiandi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network