PURWAKARTA, iNews.id - Di tengah gugatan cerai yang dilayangkan istrinya Anne Ratna Mustika, Dedi Mulyadi justru sibuk dengan tugas sebagai anggota DPRI dan memperhatikan masyarakat. Seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu, Dedi Mulyadi menemui seorang janda di Desa Babakansari, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.
Sebelum berangkat ke Gedung DPR RI, Kang Dedi mengecek laporan Kepala Desa Babakansari terkait seorang warga yang rumahnya ambruk karena diterjang hujan deras terus menerus dalam beberapa hari lalu.
Sebelum lanjut ke Jakarta, Kang Dedi rumah warga bernama Wati, berstatus janda. Proses pencarian rumah warga tersebut sempat tersendat lantaran HP milik kepala desa tidak aktif. Padahal orang yang memberikan informasi adalah kepala desa.
“Ini otokritik untuk pemimpin. Pemimpin harus siaga. HP itu harus hidup karena ada warga yang membutuhkan keadaan darurat. Setingkat saya saja susah menghubungi apalagi warga. Padahal dia (kepala desa) yang kasih informasi,” kata Kang Dedi.
Akhirnya setelah berkeliling desa, Kang Dedi menemukan rumah hampir roboh itu berkat bantuan warga sekitar. Rumah itu dihuni oleh Wati, seorang janda yang tinggal bersama lima anaknya.
Dari luar rumah Wati terlihat baik-baik saja. Namun saat masuk ke dalam, rumah hanya tersisa ruang tamu dan satu kamar. Sisanya roboh akibat diterjang hujan angin yang melanda wilayah tersebut selama berhari-hari.
Meski masih bisa sebagai tempat berlindung, kondisi ruang tamu dan kamar rumah tersebut harus segera diperbaiki. Sebab jika hujan angin kembali menerjang dikhawatirkan atap akan roboh. “Nanti ini segera oleh tukang diperbaiki. Semua bahan bangunan dan yang kerja saya bayar,” ujar Kang Dedi.
Selama ini, Wati bekerja sebagai penjual makanan keliling. Namun dia berhenti berjualan karena sakit darah rendah dan modal usaha habis untuk berobat.
Selain itu anak keduanya yang telah lulus SMK hingga kini belum memiliki ijazah karena ditahan pihak sekolah dengan alasan masih ada kewajiban yang belum dibayar.
“Yang satu sudah lulus SMA tapi ijazah belum ditebus, gak punya uang. Katanya harus dicicil. Sekolahnya dulu di SMK Kharisma Nusantara. Karena belum ada ijazah jadi susah dapat kerja, sekarang dua bulan alhamdulillah ikut kerja bangunan,” kata Wati.
Wati menyatakan, walaupun telah dua bulan kerja bangunan namun anaknya tersebut tak bisa menyisihkan uang untuk menebus ijazah. Sebab uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk membiayai adiknya yang masih sekolah.
Mendengar cerita Watia itu, Kang Dedi lantas mengajak Wati ke sekolah untuk mengambil ijazah anaknya yang telah lulus sejak 2020 lalu. Pihak sekolah membenarkan bahwa ijazah anak Wati belum diambil. Namun pihaknya menampik sebutan penahanan ijazah.
“sebenarnya di sekolah ini tidak ada menebus ijazah, perlu diluruskan. Kalau kami ini dulu ada pembiayaan yang tertunda. Kami juga tidak ada penarikan SPP. Alhamdulillah,” ucap salah seorang perwakilan sekolah.
Kang Dedi pun langsung menyelesaikan semua kewajiban orang tua untuk agar ijazah bisa dibawa pulang. “Gak apa-apa kalau ada kewajiban yang belum diberesin, saya beresin. Kan sekolah perlu membangun juga. Apalagi ini sekolah swasta,” kata Kang Dedi.
Setelah ditotal anak Wati memiliki kewajiban sekitar Rp1,9 juta yang belum diselesaikan. Dan saat itu juga Kang Dedi langsung membayar kewajiban plus uang lebih sebagai sumbangan sekolah.
Wati pun tak kuasa menahan tangis setelah ijazah anaknya bisa diberikan. Tangis Wati semakin menjadi tak kala Kang Dedi kembali memberikan sejumlah uang untuk modal usaha. Ia terus memeluk Kang Dedi sambil berterima kasih.
“Rumah sudah mulai diperbaiki, ijazah anak sekarang sudah ada. Ini buat modal usaha ibu lagi. Pokoknya ibu sehat terus,” pungkas Kang Dedi seraya melanjutkan perjalanan ke DPR RI.
Editor : Agus Warsudi
Kabupaten Purwakarta purwakarta pemkab purwakarta dedi mulyadi anne ratna mustika Profil Anne Ratna Mustika
Artikel Terkait