BANDUNG, iNews.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan mobil listrik otonom atau tanpa awak alias pengemudi bernama Mevi-TDS. Mobil listrik otonom individual itu ditarget pada 2024 siap digunakan untuk transportasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Mobil listrik otonomi ini mengusung teknologi canggih. Selain otonom alias bisa berjalan sendiri tanpa pengemudi, mobil listrik itu juga bisa dikendalikan dari jarak jauh atau secara teleoperation (pengoperasian jarak jauh). Untuk pengoperasian jarak jauh itu, mobil listrik BRIN dilengkapi dengan enam sensor ultrasonik.
Di dapur tenaga, mobil otonom ini menggendong teknologi motor Brushless DC 750 Watt. Dengan tenaga besar itu, mobil otonom yang dikembangkan BRIN mampu mengusung beban hingga 600 kilogram (kg).
Selain teknologi canggih tersebut, tim peneliti BRIN juga memasang global positioning sytem (GPS) dan empat kamera untuk sensor medan yang di tempuh. Namun kendaraan listrik otonom ini baru bisa digunakan di area terbatas, seperti kebun raya, objek wisata, industri, dan perkantoran.
"Kendaraan listrik yang diberi nama Mevi-TDS ini baru memiliki kecepatan tempuh 10 kilometer (km) per jam," kata tim peneliti kendaraan listrik BRIN Dikdik Krisnandi saat menunjukkan prototipe mobil listrik itu di BRIN Bandung, Jalan Cisitu Lama, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Rabu (16/2/2022).
Kecepatan kendaraan listrik otonom ini sengaja dibatasi, ujar Dikdik Krisnandi, karena tanpa pengemudi. "Kita tanggung jawab jika nanti kalau ada apa-apa (kecelakaan fatal). Nanti kalau sudah rancang, kecepatannya bisa dinaikkan lagi menjadi 20 km per jam," ujar Dikdik.
Selain itu, tutur Dikdik, Indonesia belum memiliki regulasi untuk mobil listrik otonom. Sehingga aturan dan perlindungan terhadap mobil jenis ini belum didukung. Karenanya, kapasitas baterai mobil otonom ini pun hanya 48 Volt 12,5 AH. "Kendaraan ini seperti sepeda listrik sebenarnya," tuturnya.
Untuk pengembangan awal, kata Dikdik, kendaraan listrik otonom yang dikembangkan BRIN dibuat hanya untuk durasi pemakaian 46 menit. Kapasitas baterai akan ditingkatkan menjadi 4 hingga 5 kali lebih besar dari yang digunakan saat ini.
"Yang jadi persoalan saat ini lamanya pengecasan atau pengisian daya. Dari dulu yang membuat pengembangan kendaraan listrik agak susah adalah masalah charging atau pengisian daya listrik. Kita belum belum masuk ke fast charging," ucap Dikdik.
Atas alasan itu pun, peneliti baru mengembangkan kendaraan listrik satu penumpang dan jenisnya mikro atau masih di bawah small. Selain itu, untuk bodi terbuat fiber karena ringan sehingga mengurangi beban baterai.
Dikdik menyatakan, untuk teleopration atau pengoperasian jarak jauh, masih terkendala masalah delay atau keterlambatan pengiriman data perintah. Tekonologi IT saat belum mendukung penuh teknologi.
"Sehingga data perintah bisa terlambat sampai ke kendaraan. Karena itu, untuk mendukung teleoperation menunggu pengembangan 5G. Perlu dikurangi delay-nya agar kendaraan dapat melaju dengan benar. Teknologi teleoperation ini masih dalam pengembangan awal," ujarnya.
Dikdik menuturkan, penggunaan energi listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil juga diharapkan membuat moda transportasi di kawasan IKN Nusantara mendekati zero carbon, sehingga menjadi ramah lingkungan.
"Rencananya, kendaraan listrik Mevi-TDS dengan desain futuristic ini siap digunakan untuk transportasi di Ibu Kota Negara Nusantara pada 2024," tutur Dikdik.
Editor : Agus Warsudi
baterai kendaraan listrik Aturan Kendaraan Listrik Infrastruktur Kendaraan Listrik Fasilitas Kendaraan Listrik kendaraan listrik charger mobil listrik Charging Mobil Listrik desain mobil listrik
Artikel Terkait