GARUT, iNews.id - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemukan banyak tambang pasir dan batu beroperasi di kawasan Garut selatan. Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi meminta aparat berwenang segera melakukan penambangan karena sangat berbahaya, rawan menyebabkan bencana alam.
Fakta banyak tambang pasir dan batu di Garut selatan itu ditemukan Kang Dedi saat berkunjung ke kawasan itu untuk menghadiri sebuah kegiatan. Untuk menuju ke lokasi acara, Kang Dedi memilih jalur Pangalengan, Kabupaten Bandung-Rancabuaya, Garut.
Di sepanjang jalan Kang Dedi Mulyadi melihat banyak kawasan yang berpotensi longsor akibat pohon-pohon ditebang serta aktivitas penambangan pasir dan batu.
“Semestinya di daerah (rawan bencana) ini tidak boleh lagi ada pohon yang ditebang. Andai kata ini kayu milik warga maka pemerintah bisa mengganti kayu itu dengan uang karena (recovery) bencana lebih mahal daripada mengganti pohon itu,” kata Kang Dedi dalam rilis yang diterima iNews.id.
Kang Dedi menyatakan, memahami kebutuhan ekonomi warga sehingga melakukan penebangan. Kebanyakan pohon ditebang adalah milik warga, sehingga warga merasa berhak menambang pohon tersebut tanpa berpikir panjang dampaknya.
Karena itu, Kang Dedi meminta pihak terkait mulai dari pemerintah daerah hingga kementerian untuk melakukan pencegahan bencana akibat aktivitas penebangan pohon tersebut. Salah satunya dengan membeli pohon warga agar tidak ditebang.
“Warga butuh duit karena merasa mereka yang menanam pohon. Ganti duitnya yang tidak seberapa daripada dampak bencana. Kalau longsor bisa habis ratusan juta, miliaran,” ujar Kang Dedi.
Di titik lain, Dedi melihat dua unit alat berat yang diduga digunakan untuk menambang batu dan pasir. Namun di lokasi sedang tidak ada orang dan penambangan terhenti. Penambangan tersebut berada tepat di sisi jalan raya yang sangat membahayakan pengendara jika terjadi longsor.
Tak hanya itu bekas tambang juga menutupi aliran air yang berpotensi meluap jika terjadi hujan deras. “Pasti ini tidak berizin, mohon segera untuk ditertibkan karena daeran rawan,” kata pria yang identik dengan iket putih itu.
Dalam perjalanan tepatnya di Desa Sukarame, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Dedi kembali menemukan seorang pria sedang melakukan penggalian lahan pinggir jalan yang juga berpotensi menyebabkan longsor.
Pria bernama Furqon itu melakukan penambangan di lahan miliknya sendiri. Rupanya Furqon melakukan penambangan untuk menjual batu ke proyek pelebaran jalan di daerah Bungbulang. Dia mengaku sudah tiga kali mengirim batu ke sana. Untuk satu kali pengiriman dia mendapat uang Rp250.000.
Meski sejak awal Dedi yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR itu geram melihat banyak penambangan dan penebangan liar, namun cara unik dia gunakan untuk membuat mereka bertobat.
Cara unik tersebut adalah dengan berbicara hati ke hati mengenai dampak lingkungan kedepannya. “Ini potensi longsor gak? Sok pikirkan jangan pakai nafsu (karena uang) tapi pakai hati,” tutur Kang Dedi.
Setelah lama berpikir, Furqon dengan wajah tertunduk mengiyakan jika yang dilakukannya bisa menyebabkan bencana. “Ya mungkin juga, karena namanya alam kan gak tahu,” kata Furqon.
Menurut Dedi saat musim kemarau dampak penambangan mungkin belum terasa. Namun jika sudah masuk musim hujan, potensi longsor sangat besar. Terlebih lokasi tambang berada di pinggir jalan, sangat membahayakan.
“Kalau ini longsor ada mobil lewat orang tertimpa mati bisa diganti uang gak? Batu ini punya fungsi menahan, sama seperti tulang di tubuh manusia. Kalau tubuh tidak ada tulang bagaimana?” ucap Kang Dedi.
Mantan Bupati Purwakarta dua periode ini kecewa dengan pemerintah, dari tingkat desa hingga kabupaten yang seolah membiarkan penambangan pasir-batu dan penebangan pohon di kawasan itu. Padahal jalur Pangalengan-Garut sejak lama dikenal sebagai daerah rawan longsor.
“Sok sekarang akang jujur ini ada potensi longsor gak? Akang sekarang ada niat gak untuk menghentikan tambang yang berpotensi merugikan banyak orang? Kalau longsor semuanya rugi, kalau ada kendaraan lewat orang bisa meninggal nanti hidupnya susah,” ujar Kang Dedi kepada Furqon.
Awalnya Furqon menolak untuk menghentikan kegiatan tersebut. Sebab dia butuh uang tambahan untuk membayar utang ke bank keliling. Sementara penghasilan Furqon dari berdagang hanya mampu untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari.
Dengan komunikasi hati ke hati, Kang Dedi kembali menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Furqon sangat membahayakan. Bahkan jika sampai terjadi longsor dan mengakibatkan korban maka Furqon bisa dipidanakan.
“Iya, Pak. Saya mau berhenti,” jawab Furqon yang diiringi salam dengan Dedi pertanda sumpah untuk menghentikan kegiatan penambangan.
Mendengar janji tersebut Kang Dedi pun kemudian memberikan sejumlah uang sebagai pengganti penghentian kegiatan tambang. Kang Dedi pun memberikan uang tambahan untuk merapikan bekas tambang dan menggantinya dengan menanam pohon.
“Mudah-mudahan pemda bisa tergerak karena ini sangat rawan. Harus segera ada tindakan jangan ada pembiaran, jangan nunggu bencana yang lebih besar. Mencegah itu lebih utama daripada kita harus nunggu bencana. Kalau tidak ada izinnya saya minta pemda dan jajaran Polres Garut untuk menutup penambangan liar,” tutur Kang Dedi.
Editor : Agus Warsudi
tambang pasir tambang batu penambangan pasir penambangan pasir ilegal penambangan pasir liar Garut selatan garut kabupaten garut dedi mulyadi
Artikel Terkait