INDRAMAYU, iNews.id - Kharen Alit Abrara, gadis 15 tahun asal Kabupaten Indramayu pengidap kusta akhirnya mendapat penanganan secara layak. Setelah ramai diberitakan, Kementerian Sosial RI melalui Sentra Phalamartha Sukabumi langsung bergerak cepat membawa Kharen ke RS Sitanala Tangerang.
Pekerja Sosial Sentra Phalamartha Sukabumi, Didi Supriyadi mengatakan, penyakit kusta tersebut awalnya dialami Kharen pada April 2022 lalu. Dia mengalami demam dan pembengkakan pada kakinya.
Saat itu, gadis asal Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur tersebut dibawa ke puskesmas wilayah setempat dan hanya diberi obat penurun demam serta vitamin.
Namun, walau sudah diberi obat dari puskesmas, kondisi kesehatannya tidak kunjung membaik dan justru mulai timbul gejala kusta seperti lemas, serta timbul luka-luka di kedua kaki, tangan, juga anggota tubuh lainnya.
Pada Juli 2022, lanjut Didi, Kharen diperiksa di RSUD Indramayu dan didiagnosa menderita penyakit kusta. Dari hasil pemeriksaan, penyakit kusta yang diderita gadis tersebut diketahui sudah semakin memburuk karena terlambat penanganan.
"Sehingga kami ditugaskan oleh Kementerian Sosial RI melalui Sentra Phalamartha Sukabumi untuk merespon laporan masyarakat tentang anak usia 15 tahun bernama Kharen yang menderita kusta namun belum mendapatkan pengobatan yang layak," ujar dia, Jumat (26/8/2022).
Kharen pun akhirnya dirujuk ke RS Sitanala Tanggerang yang merupakan rumah sakit khusus untuk penyakit kusta pada Selasa (23/8/2022) kemarin.
Berdasarkan diagnosa dokter, Didi Supriyadi menuturkan, kondisi gizi Kharen kurang baik, Hb darah rendah sehingga harus ditransfusi, jaringan kulit dan otot juga diketahui sudah membusuk serta luka terbuka telah menyebar di beberapa bagian tubuh.
"Dokter merekomendasikan untuk memulihkan kondisi kesehatan Kharen sebelum mendapatkan tindakan pembedahan pada jaringan kulit dan ototnya," tutur dia.
Didi Supriyadi menyampaikan, Kharen diketahui memiliki riwayat keluarga penderita kusta dari ayahnya pada 2012 lalu dan kini sudah dinyatakan sembuh setelah berobat selama 1 tahun.
Selain itu, kakak pertama Kharen yang telah meninggal dunia pada 2015 lalu akibat penyakit komplikasi, di antaranya dia juga mendetita penyakit Kusta.
"Di rumahnya, Kharen diketahui tinggal bersama kedua orang tua dan keluarga kakaknya di rumah ukuran 7x10 meter², sumber air dari sumur, dan MCK layak. Ayah dan kakak Karen diketahui bekerja sebagai nelayan," kata dia.
Dalam hal ini, Didi Supriyadi menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan petugas kesehatan Puskesmas Kertawinangun, pemerintah desa dan Dinas Sosial Indramayu untuk memberikan pelayanan terbaik selama perawatan Kharen dan layanan tindak lanjut setelah pulang dari RS Sitanala Tangerang.
Selain itu, dia menambahkan, Kemensos RI juga memberikan dukungan psikososial beserta berbagai kebutuhan dasar dan perlengkapan kebersihan untuk Kharen dan keluarganya.
Saat ini, proses pengobatan dan perawatan Kharen pun terus dipantau oleh Kemensos RI bersama dengan RS Sitanala Tanggerang.
"Kami juga memberikan edukasi kesehatan untuk keluarga, masyarakat sekitar dan lingkungan sekolah Kharen seusai masa perawatan," ucap dia.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait