Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik. (FOTO: ARIF BUDIANTO)

BANDUNG, iNews.id - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta para pengusaha tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas dari kondisi perkonomian global yang kian tidak menentu. Apindo berharap ada win win solution antara pengusaha dan pekerja agar iklim industri di Indonesia tetap terjaga. 

Hal itu disampaikan Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik saat menggelar pertemuan dengan pengusaha lintas sektoral di Bandung, Jumat (28/10/2022). 

"Bisa menggunakan sistem pengurangan jam kerja dengan membayar upah sesuai jam kerja. Dengan demikian akan menjadi win-win solution baik untuk pengusaha dan pekerja. Nanti tidak ada PHK meskipun penghasilan berkurang," kata Ketua Apindo Jabar.

Ning Wahyu Astutik menyatakan, solusi tersebut setelah pengusaha mengeluhkan penurunan pesanan. Sementara, tenaga kerja karyawan tetap harus digaji. Sedangkan untuk melakukan PHK, akan menguras biaya, aset, dan sumber daya. Nanti akan butuh waktu lagi untuk melakukan training. 

Berdasarkan masukan dari rekan-rekan pengusaha, ujar Ning Wahyu Astutik, order dipangkas hingga setengah kapasitas oleh buyer. Sehingga akan ada guncangan dalam stabilitas industry utamanya padat karya. 

Karena itu, ujar Ning Wahyu Astutik, pengusaha harus mampu menggali ide dan gagasan tentang solusi terbaik yang paling sesuai dengan bidang industri masing-masing. "Sebisa mungkin menghindari PHK lebih jauh, mungkin dengan selang seling hari masuk, mengurangi jam kerja dan lainnya," ujarnya.

Diketahui, sejak Januari 2022 hingga pertengahan Oktober 2022, Apindo telah mencatat terjadinya PHK sebanyak 73.000 karyawan. Hal tersebut belum termasuk angka dari perusahaan yang tidak tergabung dalam Apindo. BPJS telah mencatat ratusan ribu pekerja yang telah mengajukan klaim JHT. 

"Angka PHK tersebut dikhawatirkan akan terus naik, karena terjadinya pengurangan order baik di textile, garment, maupun sepatu di tahun depan," tutur Ning Wahyu Astutik.

Selain itu, kata Ketua Apindo Jabar, pengusaha juga mempertanyakan terkait upah, dengan beratnya situasi yang dihadapi oleh para pengusaha, apalagi di sektor padat karya. Karena di sektor ini beban upah sangat signifikan, berbeda dengan sektor padat modal. 

Pengusaha memohon supaya Apindo mendiskusikan hal terkait upah padat karya untuk dibedakan dengan industri lain karena beratnya beban yang harus ditanggung oleh pengusaha. 

Kemudian, pengusaha juga menyinggung tentang ketakutan terhadap kenaikan Struktur dan Skala Upah (SSU) yang pada tahun lalu besarannya ditentukan oleh pemerintah dan itu memberatkan pengusaha.

“Saya tahu situasi investasi dan dunia usaha sangat sedang tidak baik-baik saja dengan order yang tiba tiba berkurang 50 persen tahun depan di sektor sepatu dan garmen. Pengusaha sedang ada pada serious survival game, pertarungan hidup mati. Dengan kondisi demikian, saya yakin Pak Gubernur tidak akan gegabah dan tidak akan mengambil langkah-langkah yang semakin melemahkan dunia usaha dan menambah jumlah pengangguran," ucapnya. 

Ning Wahyu astutik meminta pengusaha harus tetap optimis, namun tidak lupa tetap mawas diri dan realistis. Pengusaha juga dituntut untuk menelurkan ide– ide serta membangun flexibilitas sehingga terdapat endurance atau daya tahan dalam menghadapi guncangan usaha dan ekonomi dari waktu ke waktu.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network